Sekarang Sairoh Tahu Apa itu Kekerasan Berbasis Gender
(1982 Views) March 23, 2016 6:05 am | Diterbitkan oleh FPL | Tidak ada komentarLBH APIK Jakarta secara rutin melakukan diskusi penguatan di Komunitas Kalibaru, Jakarta Utara. Peserta yang hadir mayoritas adalah ibu rumah tangga dan buruh pelabuhan. pada suatu hari di bulan Maret kami melakukan dikusi dengan dibuka oleh Paralegal LBH APIK jakarta yang bernama ibu Wartini selaku paralegal dari LBH APIK Jakarta dan difasilitasi oleh Uli Pangaribuan (Staff LBH APIK jakarta) serta ibu Dunia (paralegal LBH APIK Jakarta). Diskusi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pencerdasan kepada para perempuan terkait identifikasi gender serta bagaimana identifikasi gender tersebut memiliki pengaruh yang sangat signifikan di masyarakat.
Dalam diskusi kali ini ibu-ibu peserta diminta untuk berbagi pengalaman dalam keluarganya terkait dengan pembagian peran anatara laki-laki dan perempuan. Sebagian peserta menceritakan tentang masalah keluarga yang dihadapinya sewaktu masih anak-anak dan orang tua yang masih mebeda-bedakan kasih sayang dan perhatian anatara anak perempuan dan laki-laki. Semua peserta yang juga sudah berumah tangga dan mempunyai anak juga menceritakan kehidupan keluarga mereka sehari-hari. Bahwa dalam kehidupannya mereka sebagai orang tua tidak mebeda-bedakan dalam pengasuhan anak laki-laki ataupun anak perempuan mereka.
Sairoh salah satu peserta diminta untuk menuliskan perbedaan tentang Sex dan Gender. dengan terampil ia menulisakan apa itu perbedaan keduanya. Sairoh selama ini hanya tahu bahwa perbedaan perempuan dan laki-laki karena kodrat perempuan dan laki-laki yang berbeda.
Namun setelah sering melakukan diskusi bersama Paralegal LBH APIK jakarta seperti Bu Imas, ia pada akhirnya dapat memahami bahawa seks (jenis kelamin) dan gender itu dapat dipertukarkan. Perbedaan sesuangguhnya hanya tentang perbedaan biologis anatar keduanya. ia juga menjadi paham bahwa kekerasan terhadap perempuan bermula dari diskriminasi gender yang dibentuk oleh pola budaya yang berkembang di masyarakat dan di lengengkan oleh praktek dalam rumah tangga. Sairoh dalam pernyatanya berkomitmen akan menerapkan pengetahuan yang mereka dapat dalam diskusi komunitas ini ke dalam kehidupan rumah tangga mereka. Mereka berharap dengan penerapan pengetahuan gender ini, tidak hanya meringankan beban pekerjaan mereka, namun meningkatkan kesadaran para suami untuk lebih menghargai istri dan anak perempuan mereka. Serta tidak memperlakukakan para perempuan seperti Pekerja Rumah tangga atau pelayan mereka. mengingat mereka selama ini hidup di daearah jakarta Utara yang sangat gersang dank eras dengan premanisme yang tinggi di sekitar pelabuhan.***