MenuPilih Menu
Beranda » Berita Media » Aktivis Cirebon Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Aktivis Cirebon Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

(1975 Views) December 4, 2016 10:52 am | Diterbitkan oleh | Tidak ada komentar

haktp-cirebonCIREBON – Aktivis Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan, melakukan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP). Selama 16 hari, Jaringan Cirebon melakukan berbagai kegiatan di sejumlah tempat, di wilayah III Cirebon.

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dimulai dari sosialisasi kesehatan reproduksi (kespro) kepada guru dan murid SD di Kecamatan Arjawinangun, 26 November 2016. Kampanye berakhir dengan sosialisasi kespro dan seksualitas bagi remaja sewilayah III Cirebon di Fahmina Institute, 10 Desember 2016.

Hari ini (4/12), sosialisasi kespro remaja dan sadari, periksa payudara sendiri berlangsung di Kecamatan Argasunya, Kota Cirebon. Selain sosialisasi, juga pelatihan pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, seperti di Kecamatan Astanajapura, 30 November 2016.

Seperti yang berlangsung Di Desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, sosialisasi kespro remaja mendapat respons positif. Bahkan sejumlah audiens antusias mengikuti sosialisasi.

“Alhamdulillah masyarakat kita (Desa Dukuh, red) sangat antusias mengikuti, mempelajari dan mendengarkan. Harapannya, di Desa Dukuh ini tidak ada lagi kekerasan kepada perempuan. Nanti yang hadir di sin Insya Allah menularkan kepada masyarakat yang tidak hadir,” kata Kuwu Desa Dukuh, Dana.

Rozikoh, salah satu pembicara sosialisasi mengatakan, kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan bertujuan agar warga tidak lagi melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis terhadap perempuan. Karena selama ini perempuan masih menjadi objek kekerasan.

Setelah mendengarkan peserta sosialisasi kespro remaja di Desa Dukuh, misalnya, ditemukan banyak fenomena pernikahan anak alias di bawah umur. Menurut Rozikoh, hal itu mustinya tidak terjadi.

Karena menurutnya, anak di bawah umur masih belum matang dan siap alat reproduksinya. Hal itu berdampak kurang baik bagi masa depan anak.

Rozikoh menyebutkan, ada banyak faktor terjadinya pernikahan anak atau di bawah umur. Beberapa di antaranya karena perpecahan rumah tangga orang tua si anak rusak. Kemudian orang tuan si anak ke luar negeri.

Sehingga pengetahuan kespro, kata Rozikoh, sangat penting bagi remaja. Agar mereka menjaga kesehatan reproduksinya.

“Semoga ke depan tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan. Hentikan pernikahan anak, demi masa depan mereka,” harapnya.

Untuk diketahui, Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan merupakan panitia bersama yang terdiri dari sejumlah aktivis organisasi kemasyarakatan, kemahasiswaan, pelajar, dan LSM yang konsen dengan isu keperempuanan.

Beberapa di antaranya ada Kopri PMII Cirebon, Kohati Cirebon, IPPNU Cirebon, Fahmina Institute, Bayt al Hikmah. Kemudian Fatayat NU Cirebon, Aisiyah Muhamadiyah Cirebon, Pelita, Teater Awal dan lainnya.

“Tujuan kami mengajak masyarakat untuk peduli dan berkontribusi dalam upaya anti kekerasan terhadap perempuan,” kata Siti Robi’ah Al-Fatima, koordinator kegiatan. (hsn)

Sumber: http://www.radarcirebon.com

Tags:
Kategori: